Trunyan merupakan sebuah desa yang terletak di seberang danau batur kecamatan kintamani kabupaten Bangli – Bali. Sangat dekat dengan obyek wisata kintamani, Jika anda memulai perjalanan dari seputaran denpasar atau kuta akan memakan waktu sekitar 2 jam dengan jarak sekitar 80 km. Trunyan merupakan daerah yang masih sejuk karena berada disamping danau batur dan kaki gunung batur kintamani dengan ketinggian sekitar 1.500m diatas permukaan laut, masyarakatnya sebagian besar berpenghasilan dari mengurus tambak ikan di danau, bercocok tanam dan menjadi pedagang serta pemandu local dengan mengantar tamu-tamu yang ingin berkunjung ke trunyan.
Uniknya pemakaman di desa trunyan adalah jika ada masyarakatnya yang meninggal tidak di kubur atau di bakar seperti penduduk bali lainnya melainkan hanya di taruh di bawah pohon tarumenyan dan di kelilingi dengan pagar yang terbuat dari bambu yang di bentuk sebuah anyaman, sehingga kita dapat melihat mayat mulai dari yang baru meninggal sampai yang sudah menjadi tengkorak. Mayat- mayat ini tidak mengeluarkan bau busuk karena di serap oleh pohon tarumenyan tersebut.
Jika anda ingin berwisata ke trunyan , anda dapat mengunjungi beberapa obyek wisata lain yang searah seperti melihat pertunjukan tari barong, celuk, ubud, dan makan siang di kintamani sambil menikmati udara yang sejuk dan melihat pemandangan gunung batur, selesai makan siang langsung turun dengan kendaraan ke danau batur sekitar 15 menit perjalanan dan sesampai di pinggir danau batur sudah menanti para penyewa speed boad yang akan mengantarkan kita menyeberangi danau menuju trunyan, para pemilik boat ini adalah penduduk asli yang akan menjadi tour guide selama perjalanan dengan harga sewa boat sekitar 500rb untuk sekitar 5 orang penumpang, jadi perorang sekitar 100rb. Perjalanan sekitar 20 menit untuk menuju trunyan.
Setiba di pemakaman tunyan kita akan menyaksikan pemandangan yang berbeda dari biasanya , yaitu pohon-pohon besar dan bau wangi dupa serta tengkorak yang ditata rapi serta beberapa tulang-tulang yang berserakan di tanah . Pohon –pohon besar ini sudah berusia ratusan tahun yang di beri nama pohon Tarumenyan yang berarti “Taru” berarti pohon dan “menyan” berarti wangi jadi tarumenyan berarti pohon yang wangi. Pohon ini yang menyerap bau mayat-mayat yang di taruh di bawahnya sehingga jika manusia meninggal pada waktu proses pembusukan mengeluarkan bau busuk , di trunyan mayat-mayat ini tidak mengeluarkan bau busuk sam sekali.
Untuk info tambahan bahwa di pemakaman desa trunyan ini ada beberapa tempat pemakaman yaitu jika meninggal secara wajar akan di makamkan di sema wayah (untuk orang dewasa, anak kecil yang gigi susunya sudah tanggal) , sema muda untuk bayi dan sema bantas untuk penduduk yang meninggal secara tidak wajar seperti kecelakaan, bunuh diri atau di bunuh. Ketiga pemakaman tersebut tidak di jadikan menjadi satu lokasi, letaknya berbeda-beda sehingga kita dapat melihat perbedaan ketika seseorang meninggal. Selesai melihat dan berfoto foto di pemakaman trunyan anda akan di antar kembali dengan menggunakan boat dan dapat melanjutkan perjalanan ke tirta empul, goa gajah, ubud dan sukawati.